Efek Pandemi yang Mengguncangkan Industri Perfilman
by : San
Pandemi Covid-19 merupakan krisis yang tidak terduga dan memiliki dampak drastis terhadap setiap aspek ekonomi dunia, termasuk industri media and entertainment. Dengan adanya lockdown di berbagai negara, bioskop terpaksa untuk menutup pintunya. Hal ini mengakibatkan karya-karya film yang biasa ditonton di tempat penayangan konvensional bergeser ke platform-platform streaming seperti Netflix, HBO Max, dan Amazon Prime. Contohnya adalah film Mulan, yang seharusnya tayang di bioskop pada bulan Maret, tetapi karena adanya lockdown, Disney memilih untuk merilis film tersebut di streaming service yang dimiliki bernama Disney Plus pada bulan September. Ada juga beberapa film yang memilih untuk mengundurkan tanggal rilisnya dengan harapan kasus Covid akan menurun pada saat itu, contohnya adalah film Black Widow.
Pada 2019, ada kenaikan 71% bagi jumlah penonton untuk streaming services. Jumlah rata-rata watch time di Netflix menyampai 612 jam per akun di 2020. Walaupun layanan streaming sudah tersedia dari masa-masa sebelum pandemik, wabah Covid menyebabkan jumlah pelanggan setia dan awam naik secara drastis. Di samping itu, masyarakat yang biasa hanya memilih satu provider cenderung untuk menambah langganan di layanan streaming yang berbeda. Film-film dan program televisi yang keluar pada masa pandemi berpotensi tinggi untuk menarik penonton yang banyak sehingga meningkatkan view count. Perubahan dalam servis streaming juga secara mempengaruhi produksi perfilman yang dirilis pada platform-platform tersebut.
Berdasarkan Ampere Analysis, 60% dari program televisi global tertunda karena pandemi, termasuk minimal setengah dari program televisi yang seharusnya dirilis pada enam bulan terakhir. Selain itu, sejak pandemi ada peningkatan di produksi film maupun film seri dengan kru perfilman yang lebih sedikit dan lokasi yang lebih terpencil, contohnya adalah film Malcolm and Marie yang hanya memerlukan dua aktor dan satu set film. Proses pembuatan film menjadi lebih rumit dikarenakan jika salah satu anggota tim produksi terkonfirmasi positif Covid-19, shooting film harus dihentikan selama minimal dua minggu. Ini juga menyebabkan penundaan tanggal rilis film-film yang mengalami masalah saat filming, contohnya film The Batman yang diprediksi dirilis pada Oktober 2021 tetapi karena muncul kendala saat proses filming, diundur hingga Maret 2022. Di samping poin-poin tersebut, aspek periklanan di industri perfilman juga mengalami pergeseran. Sebelum pandemi, iklan untuk film dan program televisi dapat terlihat di billboard. Namun, karena aktivitas diluar rumah tidak disarankan, iklan yang kita biasa lihat di billboard dialihkan menjadi iklan di video-video Youtube, salah satu platform media yang paling sering digunakan sebelum dan saat pandemi.
Sungguh, pandemi telah merubah segala aspek kehidupan, dan industri perfilman tidak terkecuali. Baik dalam produksi dan distribusi, perubahan-perubahan ini akan terus membekas di masa depan usai gelombang Covid-19 berakhir.